SEMANGAT BU EDI UNTUK MENGABDI TANPA HENTI
Hari masih sangat pagi, antara pukul lima dan enam, ketika sepeda motor vario tahun 2021 itu mulai menyusuri jalanan pinggir kota Banyuwangi. Rabu, 17 April 2024, hujan mengiringi perjalanan seorang guru menuju sekolah. Kadang rintik-rintik dan kadang menghajar dengan kencang.
Jalanan masih lengang, ketika Ibu Edi Dwi Retnaning, seorang guru Geografi SMA berusia 59 tahun menggunakan mantel tipis menembus hujan menempuh perjalanan kurang lebih 30 KM dari rumahnya. Ia tinggal di area kecamatan Srono menuju tempat tugasnya di SMAN 1 Giri, yang berada di area pusat kota Banyuwangi.
Perawakannya yang mungil dan langsing masih nampak lincah di usianya yang hampir mendekati purna tugas. Meskipun sempat setiap bulan secara berkala harus melakukan terapi karena ada gangguan di tulang kakinya, namun tak nampak keluh kesah di wajahya meski harus masuk kerja di saat murid-muridnya masih liburan hari raya. Wajahnya tetap saja ceria menyapa teman-temannya yang justru datang lebih lambat sambil bercerita, “Saya tadi kasih makan ayam dulu baru berangkat kerja. Di jalan mula-mula hujan rintik-rintik, eh jadi deras. Sampai sekolah malah reda.”
Telah bertahun-tahun bu Edi setia menempuh perjalanan dengan sepeda motornya, dari Srono ke Banyuwangi di pagi hari dan sebaliknya di sore hari. Panas dan hujan adalah teman setia dalam perjalanannya. Mengikuti suami yang berpindah tempat tinggal adalah penyebabnya. Namun rasa cintanya pada SMAN 1 Giri membuat beliau tak sekalipun pernah mengajukan mutasi ke sekolah lain, meski dekat dari rumahnya. Banyak kenangan di sekolah ini. Selain teman seperjuangan, anak-anak beliau juga pernah belajar di sini. Putrinya yang pertama adalah lulusan tahun 2015, disusul putranya yang kedua tahun 2019. Saat ini keduanya pun telah lulus S1 Kimia ITS dan S1 Teknik Geomatika ITS serta telah bekerja di Jakarta Selatan.
Ketika tahun 2019, bapak ibu guru mulai dipaksa bergaul mesra dengan berbagai aplikasi seperti SIM PKB, E Master BKD, A-GTK, A-GLD, hingga saat ini ada Bangkodir, Simaster, BPSDM, PMM, BKN, dan konco-konconya, semuanya itu juga tak pernah membuat guru senior patah semangat ataupun mengeluh. Selalu berusaha mencari tahu bagaimana cara mengoperasikannya dan selalu mengerjakan sendiri setiap pekerjaan tersebut. Sangat jauh berbeda dengan fenomena banyaknya guru-guru muda yang mengeluh tentang aplikasi tersebut lewat medsos Tiktok.
Suatu hari, 6 Agustus 2023 ada pelatihan VR sebagai media pembelajaran dengan pemateri mahasiswa S2 Universitas Negeri Malang. Mahasiswa itu berasal dari jurusan Geografi dan alumni SMAN 1 Giri. Dulu ia merupakan salah satu murid bu Edi. Pelatihan dilaksanakan pada hari Sabtu di luar jam kerja karena SMAN 1 Giri termasuk sekolah dengan 5 hari jam kerja.
Ketika pelatihan tersebut ditawarkan di grup WA sekolah, bu Edi adalah salah satu guru yang ikut mendaftarkan. Padahal beliau tahu, mas Robi pematerinya, adalah mantan muridnya dulu. Beliau tidak sabar mengikuti pelatihan itu, bahkan dalam keadaan sibuk sekalipun. Lalu beliau japri pada panitia, “Saya mendaftar karena sangat ingin tahu bagaimana cara menggunakan teknologi VR dalam pembelajaran, pasti sangat menyenangkan. Tapi mohon ijin, kemungkinan tidak bisa hadir dengan tepat waktu karena ada acara arisan keluarga.” Beliau menulis lagi, “Jadi saya ijin datangnya agak terlambat, tidak bisa mengikuti seremoni pembukaan.”
Bulan Desember tahun ini adalah bulan terakhir Bu Edi mengabdi dan menerima gaji sebagai ASN golongan IV B. Tapi semangatnya untuk terus belajar dan berkarya benar-benar senafas dengan motto SMAN 1 Giri “NIL SATIS NISI OPTIMUM” yang artinya tidak akan puas sebelum memberikan yang terbaik.
Salah satu visi SMAN 1 Giri yang sejalan dengan kurikulum Merdeka adalah ingin mewujudkan para pembelajar sepanjang hayat. Bu Edi adalah wujud nyata pembelajar sepanjang hayat. Bersedia belajar dari mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Maka tak heran jika kedua putri putranya berhasil dalam pendidikan dan pekerjaan. Tentunya juga banyak siswa binaannya yang berhasil meraih prestasi. Sebagai pembina olimpiade kebumian, hampir setiap tahun beliau berhasil mengantarkan siswanya lolos ke tingkat provinsi. Salah satunya adalah mas Robi pemateri VR yang mengagumi beliau hingga kini.
Bu Edi adalah wujud kesetiaan, cinta kasih, dedikasi, dan pengorbanan seorang wanita yang bersedia membagi waktu, tenaga dan fikirannya untuk laki-laki yang disebut suami di rumahnya dengan sekolah tempat ia bekerja. Bu Edi adalah Kartini masa kini sesungguhnya. Keteguhan hatinya melahirkan kekuatan untuk terus mengabdi pada pertiwi lewat SMAN 1 Giri, sekolah tempat ia bekerja.
Selamat hari Kartini, 21 April 2024. Semoga sehat selalu dan tak pernah berhenti berkarya, bu Edi dan seluruh Kartini-kartini Indonesia lainnya.
Komentar