mengenal budaya bali lebih dekat: perjalanan literasi budaya dWP sMAN 1 giri
Sebagai bagian dari upaya memahami dan melestarikan budaya, pengurus DWP SMAN 1 Giri mengadakan kegiatan "Literasi Budaya" yang berlangsung pada tanggal 25 hingga 27 Januari 2025. Kegiatan ini melibatkan 10 peserta yang terdiri dari Ketua DWP SMAN 1 Giri yakni Ny Ni Wayan Widani Ketut Renen, S.Pd, beserta pengurus yang lain. Sebagai koordinator kegiatan adalah sie Sosial Budaya Ibu Yiyin Abidah, S.Pd. Diberi nama Literasi Budaya, kegiatan tersebut sangat menyenangkan karena menjelajahi berbagai tempat budaya di Bali menggunakan mobil HIACE milik sekolah. Destinasi yang dikunjungi meliputi Tanah Lot, Desa Penglipuran, Desa Tengaan, dan Taman Ujung Kerajaan Karangasem.
Hari pertama perjalanan dimulai dengan menikmati sarapan nasi kuning dan jajanan khas Bali di daerah Tabanan, memberikan pengalaman kuliner khas daerah tersebut. Setelah itu, peserta mengunjungi Tanah Lot, sebuah destinasi wisata ikonik yang terkenal dengan pura di atas batu karang, ular suci, dan mata air tawar di tepi laut.
Dari Tanah Lot, perjalanan dilanjutkan ke Desa Penglipuran, sebuah desa adat yang tetap menjaga keaslian budayanya. Desa ini menawarkan suasana alami dan harmonis, jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Peserta juga berkesempatan mencicipi minuman khas desa ini, yaitu Loloh Cemcem, yang terbuat dari daun cemcem. Minuman herbal ini dikenal memiliki khasiat mencegah panas dalam serta memberikan sensasi segar dan nikmat. Perjalanan hari pertama ditutup dengan beristirahat di Hotel Puri Sharon Madangan, sebuah hotel yang berdiri di area pegunungan, kebun dan sawah sehingga menciptakan suasana tenteram dan damai bagi para penginap.
Hari kedua dimulai dengan menikmati hidangan laut di rumah makan Sari Baruna. Nama "Baruna" yang merujuk pada Dewa Laut sangat sesuai dengan hidangan yang disajikan, yang memiliki cita rasa khas dan menggugah selera.
Setelah itu, peserta melanjutkan perjalanan ke Desa Tengaan, desa adat tertua di Bali yang masih mempertahankan tradisi dan kemurnian budayanya. Di sini, peserta mempelajari keunikan kain tenun geringsing, arsitektur khas Bali, serta kuliner khas Bali yang tetap terjaga keasliannya hingga kini. Bahkan untuk menjaga kemurniannya, penduduk desa ini akan mencoret nama warga yang menikah dengan orang dari luar desanya. Sehingga jumlah KK yang ada di desa ini hanya sejumlah 215 KK dan total warganya adalah 630 an saja. Satu rumah hanya ditempati satu keluarga saja dan setiap keluarga memiliki sawah dan ladang yang luas di area belakang desa.
Sebagai penutup perjalanan, peserta mengunjungi Taman Ujung Kerajaan Karangasem. Di tempat ini, mereka dapat menyaksikan silsilah dan koleksi foto-foto raja Bali, serta mengagumi keindahan arsitektur Eropa yang menjadi ciri khas kerajaan ini. Perpaduan budaya Bali dan Eropa dalam bangunan taman ini memberikan wawasan baru mengenai sejarah dan perkembangan budaya di Bali.
Selama perjalanan, peserta merasakan kebahagiaan dan kekaguman terhadap kekayaan budaya yang masih terjaga di Bali. Setiap destinasi memberikan pengalaman berharga yang memperkaya pemahaman tentang budaya lokal. Harapannya, kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan agar generasi muda semakin mengenal dan mencintai budaya bangsa, serta berperan aktif dalam pelestariannya.
Kegiatan "Literasi Budaya" ini tidak hanya menjadi ajang rekreasi, tetapi juga sebagai wadah pembelajaran yang memberikan wawasan mendalam mengenai tradisi, sejarah, dan budaya Bali. Dengan semangat literasi budaya, kita dapat terus menjaga dan melestarikan warisan nenek moyang untuk generasi yang akan datang.
Komentar